MANIFESTO, JAKARTA- Kasus virus corona di Indonesia bertambah dua orang, sehingga total menjadi pasien positif virus corona sejauh ini berjumlah empat orang.
Bertambahnya kasus virus corona ini juga dibarengi kasus kematian pasien suspect corona di RSPI Sulianti Saroso. Kasus ini menambah jumlah kematian pasien suspect virus corona di Indonesia.
Total ada empat pasien suspect virus corona meninggal, tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Cianjur, dan Semarang.
Berikut rangkuman kasus kematian empat pasien suspect virus corona:
RSPI Sulianti Saroso, Jakarta
Dirut RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, mengumumkan seorang pasien perempuan suspect virus corona meninggal dunia. Pasien itu berusia 65 tahun dan menderita sejumlah penyakit.
“Yang meninggal ini masih dievaluasi, dan belum bisa dikatakan positif (corona),” kata Syahril di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Jumat (6/3).
Ia mengatakan, pasien ini dirujuk ke RSPI dua hari lalu dari rumah sakit swasta dengan menggunakan ventilator sebagai alat bantu pernapasan.
“Sudah tua, ada hipertensi juga,” jelas dia.
Pasien ini memiliki anak yang memiliki riwayat perjalanan ke Singapura. Anaknya pun suspect virus corona.
Syahril menyebut pasien itu didiagnosis pneumonia. Meski demikian, ia belum bisa memastikan apakah pneumonia yang diderita pasien itu disebabkan virus corona atau tidak. Pneumonia bisa disebabkan oleh tiga hal, yaitu virus, bakteri, atau kuman.
“(Cause of death-nya) pneumonia. Jadi ISPA itu ringan, sedang berat, berat sekali, berat sekali itu pneumonia,” kata Syahril.
Menurut Syahril, jenazah tidak ditangani sebagaimana penanganan terhadap seseorang yang meninggal karena new emerging disease. Petugas medis juga tidak memakai alat pelindung diri (APD) khusus.
“Tidak (diperlakukan seperti new emerging disease). Sudah habis, berarti sudah selesai. Enggak menular, sudah didisinfektan semua,” ungkap Syahril.
Jadi, jenazah maupun petinya tidak diplastiki seperti pasien di RSUP Kariadi. Namun, Syahril tidak merinci lebih lanjut terkait hal ini.
RS Sardjito, Yogyakarta
Satu dari dua pasien suspect virus corona yang tengah dirawat di RS Sardjito Yogyakarta meninggal dunia. Pasien berinisial R (74) itu meninggal pada Kamis (5/3), pukul 11.30 WIB.
Meski demikian, dari hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) pasien asal Bengkulu itu negatif MERS-Cov dan COVID-19.
“Pasien dinyatakan meninggal pada pukul 11.30 WIB hari Kamis, 5 Maret 2020. Pasien saat ini sudah dibawa pulang oleh keluarganya pada tanggal 6 Maret 2020 dari RSUP dr Sardjito pukul 04.30 WIB keluar dari lnstalasi Kedokteran Forensik,” kata Plh Direktur Utama RSUP Sardjito, dr Rukmono Siswishanto, Jumat (6/5).
Sementara itu, dokter spesialis paru RSUP Sardjito, Munawar Gani, menjelaskan, dari hasil pemeriksaan pasien tersebut didiagnosis pneumonia bakterial.
“Jadi diagnosis mengarah ke pneumonia bakterial. Jadi pneumonia yang disebabkan oleh kuman,” ujarnya.
Selama dirawat, pasien itu sudah tidak demam dan sesak napas. Kondisinya pun sempat membaik.
“Dia kondisinya memang mendadak artinya dengan waktu begitu cepat dia kaku henti napas. Kalau dari analisa, jadi kematian mendadak disebabkan oleh proses jantung,” kata Munawar.
Pasien itu merupakan rujukan dari RSUD Yogyakarta. Pasien tersebut baru saja pulang umrah pada 1 Maret lalu. Dia masuk kriteria diawasi lantaran dari luar negeri dan mengalami batuk serta demam.
Cianjur
Seorang pasien suspect virus corona berusia 50 tahun di Cianjur meninggal dunia, Selasa (3/3) pagi, pukul 04.00 WIB. Pria yang merupakan pegawai BUMN di Bekasi itu meninggal dunia di Rumah Sakit dr Hafidz (RSDH) Cianjur.
“Meninggal dunia tadi pagi di RSDH, belum sempat dirujuk ke Bandung,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Yusman Faisal, di Cianjur, Selasa (3/3)
Pasien itu datang ke Cianjur untuk berkunjung ke rumah saudaranya di Kecamatan Ciranjang, Cianjur.
Pasien itu belum sempat dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sebagai pusat penanganan virus corona di Jawa Barat. Sebab, kondisinya terus mengalami penurunan.
Oleh karena itu, pihak rumah sakit dan dinas kesehatan melakukan penanganan medis agar pasien bisa membaik dan dapat segera dirujuk ke Bandung.
Sementara itu, Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Achmad Yurianto menegaskan pasien suspect yang meninggal di Cianjur negatif virus corona.
“Yang dari Cianjur hasil pemantauan kita termasuk dalam 155 yang negatif (corona). Jadi meninggalnya bukan karena COVID-19,” kata Yuri di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (3/3).
Kendati demikian, juru bicara soal penangangan corona itu tak merinci penyebab kematian yang bersangkutan. Dia menjelaskan masih akan berkoordinasi dengan pihak rumah sakit.
“Akan kami tanyakan ke rumah sakitnya,” ujarnya.
RS Kariadi, Semarang
Seorang pasien laki-laki di Rumah Sakit (RS) dr Kariadi Semarang meninggal pada Minggu (23/2). Ia sempat dirawat di ruang isolasi karena suspect virus corona.
Ini menjadi kasus kematian pertama pasien suspect virus corona di Indonesia. Pasien itu sempat mengalami gejala seperti batuk, demam, flu, dan sesak napas.
Sebelum meninggal, pasien itu sempat melakukan perjalanan ke Madrid, Spanyol. Dia juga sempat transit di Dubai, Uni Emirat Arab.
Dia datang ke Semarang untuk bertemu keluarganya. Pasien itu adalah seorang nakhoda kapal kargo.
“Dia riwayat perjalanan dari Spanyol transit Dubai, masuk Indonesia tanggal 12 Februari, lalu 17 Februari dirawat di rumah sakit daerah kemudian tanggal 19 dirujuk dan masuk ke sini,” kata Direktur Medik dan Keperawatan RSUP dr Kariadi, Agoes Oerip Poerwoko saat konferensi pers, Kamis (27/2).
Penyebab kematian pasien itu bukan karena virus corona. Seiring pergantian hari, penyebabnya disebut pneumonia hingga flu babi.
“Yang bersangkutan itu meninggal bukan karena coronavirus. Karena berdasarkan hasil pemeriksaan swab (usap tenggorokan) itu negatif. Jadi dia meninggal karena gagal napas yang diakibatkan infeksi di paru-paru atau diagnosisnya namanya pneumonia,” kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Anung Sugihantono, Selasa (25/2).
Berselang sehari setelah keterangan dari Kemenkes, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) RSUP dr Kariadi, dr Fathur Nur Kholis menyebut meninggalnya pasien karena kerusakan paru-paru akibat infeksi paru dan saluran pernafasan.
Ia menegaskan sebabnya bukan karena virus corona, melainkan bronkopneumonia. Menurut Fathur, ini merupakan infeksi yang mengakibatkan terjadinya peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.
“Bapak yang kemarin meninggal tingkat bronkopneumonia itu sangat berat, tingkat kerusakan paru-parunya cukup berat, kemungkinan penyebabnya bakteri,” terang Fathur di Semarang, Rabu (26/2).
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto turut angkat bicara mengenai pasien suspect corona di RS Kariadi ini. Ia senada soal penyebab kematian pasien tersebut bukan karena virus corona.
Namun, Terawan menyebut keterangan yang berbeda dengan pihak RS dan bawahannya di Kemenkes. Ia mengatakan, penyebab meninggalnya pasien adalah virus H1N1 atau flu babi dan bukan bakteri seperti informasi sebelumnya.
“Jadi ini bukan COVID-19, tapi ketemunya H1N1, hasilnya di polymerase chain reaction (PCR) dua kali. Kalau H1N1 ada obatnya dan persediaannya ada,” kata Terawan di Gedung Menko PMK, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (27/2).
Sumber: Kumparan