MANIFESTO.ID, MAKASSAR – Pilwali Makassar 2018 menjadi sorotan publik nasional. Pasalnya, pasangan Munafri Arifuddin- Andi Rachmatika Dewi (Appi- Cicu) kalah memalukan melawan kotak kosong.
Lantas apa penyebab sehingga Appi- Cicu tak berdaya meski tanpa lawan? Hasil riset menemukan fakta bahwa ternyata kemenangan kolom kosong di Pilwakot Makassar 2018 lalu disebabkan karena pasangan Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) dikeroyok banyak kepentingan.
Fakta ini mengemuka dalam diskusi bertema “Pengaruh Kolom Kosong di Pilwalkot Makassar 2020” yang dilaksanakan oleh Komunitas Wartawan Politik Sulsel di Warkop 212 Toddopuli, Ahad (15/12/2019).
Dua Lembaga riset, yakni PT General Survei Indonesia (GSI) dan Nurani Strategic memaparkan fakta-fakta tersebut. Riset GSI dilaksanakan belum lama ini, yakni pada 8-18 November 2019 dengan melibatkan 880 responden, sementara riset Nurani Strategic dilaksanakan 6 bulan setelah pemilihan, yakni pada 13-17 Agustus 2018 dengan melibatkan 440 responden.
Direktur Eksekutif PT GSI, Herman Lilo memaparkan, kemenangan kolom kosong disebabkan oleh banyak faktor. Empat alasan terbesar responden memilih kolom kosong, pertama, karena mengikuti perintah pejabat setingkat camat, lurah, ketua RW dan RT (28,16%). Kedua, sikap fanatisme terhadap pasangan Mohammad Ramdhan Pomanto-Indira Mulyasari atau Danny-Indira (21,40%). Ketiga, kerja-kerja tim sukses bakal calon lain yang menginginkan pilkada ulang (19,35%). Keempat, karena program-program Appi-Cicu dinilai belum jelas oleh pemilih (10,24%).
“Jadi bukan hanya faktor Danny-Indira yang dominan dalam kemenangan kolom kosong, tapi sumbangsih bakal-bakal calon yang gagal maju karena tidak mendapatkan tiket dan sumbangsih para pejabat RT/RW beserta camat dan lurah yang cukup besar,” kata Herman.
Serupa hasil jajak pendapat yang dilakukan Nurani Strategic juga menunjukkan mendukung Danny-Indira bukanlah alasan utama responden memilih kolom kosong. Alasan pertama, karena tidak melihat nama Danny Pomanto (12,7%); Kedua, karena jengkel dengan sistem demokrasi (9,6%); Ketiga, coba-coba memilih kolom kosong tanpa alasan khusus (5,9%); Keempat, asal coblos karena bingung menentukan pilihan (8,6%).
“Sehingga total ada 24,1 persen responden yang memilih kolom kosong karena kepentingan lain. Dan 12,7 persen itu menurut saya adalah strongvoter Danny,” kata Direktur Eksekutif Nurani Strategic, Nurmal Idrus.