MANIFESTO.ID, MAKASSAR- Kandidat walikota Makassar Moh Ramdhan Pomanto memilih bertarung lewat jalur parpol di Pilwali Makassar 2020.
Danny, sapaan akrab Ramdhan Pomanto urung mendaftar lewat jalur perseorangan. Jalur non parpol ini pun tanpa peminat hingga KPU menutup pendaftaran tiga hari lalu.
Sikap politik Danny yang melewatkan jalur perseorangan dianggap cukup berbahaya. Jika tak sigap, Danny bisa saja kembali tak mendapatkan dukungan partai politik. Apalagi, Danny punya sejarah buruk, gagal dalam merebut rekomendasi parpol di Pilwali 2018 silam.
Meski kini, mantan walikota Makassar itu telah mengantongi surat tugas dari Partai Nasdem, plus angin segar dari Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tetapi itu bukan jaminan perjalanan Danny bakal mulus. Di Pilwali 2018, Danny yang berpasangan dengan Indira Mulyasari Paramastuti bahkan mengantongi surat tugas lima sampai enam parpol.
Sayangnya, surat tugas itu menjadi tak berarti setelah parpol merekomendasikan nama lain selain Danny. Ketua Ika Teknik Sipil Unhas itu pun hanya bisa “gigit jari” menyaksikan gerak parpol yang meninggalkannya. Beruntung kala itu, Danny- Indira mempersiapkan jalur perseorangan, meski akhirnya didiskualifikasi oleh KPU.
“Model surat tugas sebenarnya semacam pelipur lara. Bentuk dukungan bersyarat. Surat seperti itu belum bisa diklaim sebagai dukungan resmi. Memang kandidat yang memilikinya, punya peluang lebih besar untuk mengendarai partai yang memberi, tetapi harus memenuhi syarat yg ditentukan DPP,” kata pengamat politik Universitas Muhammadiyah Makassar Luhur Andi Prianto kepada Manifesto.Id, Selasa 25 Februari 2020.
Luhur mengatakan, untuk kasus Danny, menjadi lebih rumit. Partai- partai yang akan berkoalisi untuk mencukupkan syarat dukungan, punya calon wakil yang tidak cukup prospektif untuk memenangkan kontestasi. Di sisi lain, elit DPW Nasdem juga punya kecenderungan pilihan untuk calon wakil bagi Danny.
“Belum aman, apalagi Pak Danny diperhadapakan pada situasi yang rumit karena Parpol yang akan menggenapkan koalisi juga menawarkan calon wakil,” kata Luhur.
Jika salah dalam menentukan pasangan, Luhur mengaku, bisa menjadi petaka bagi Danny Pomanto. Apalagi Nasdem dan Golkar menawarkan kadernya sebagai wakil Danny. Informasi yang beredar, Nasdem mengusulkan mantan anggota DPR RI Indira Chunda Thita Syahrul dan Nasdem menawarkan mantan anggota DPRD Sulsel Zunnun Nurdin Halid.
Thita tak lain adalah putri Menteri Pertanian Syahrul Yasin (SYL) Limpo dan Zunnun putra Ketua DPD I Golkar Sulsel Nurdin Halid.
“Kehadiran massa Golkar saat acara Danny di Celebes Convention Cantre (CCC) sebenarnya lebih bersifat penawaran bagi Danny, untuk mengambil Zunnun sebagai wakil. Bargainingnya, paket Danny-Zunnun akan diusung Golkar. Meskipun akhirnya eksperimen penawaran itu gagal. Danny bergeming merespon proposal Golkar untuk menggandeng Zunnun, makanya fungsionaris Golkar segera bereaksi soal pemalsuan usulan penerbitan surat tugas ke DPP,” terang Luhur.
Editor: Azhar