MANIFESTO, MAKASSAR– Paket Mohammad Ramdhan Pomanto-Andi Zunnun Nurdin mencuat di acara Tasyakuran dan Deklarasi Pilkada 2020 Partai Golkar di Celebes Convention Center (CCC), Jalan Metro Tanjung Bunga, Makassar, Minggu 8 Maret 2020.
Dalam acara itu, Danny, sapaan akrab Moh Ramdhan Pomanto resmi mendapatkan surat tugas dari Partai Golkar. Danny menerima rekomendasi bersama 9 kandidat di berbagai daerah di Sulsel. Hanya saja, Danny akan resmi diusung Partai Golkar jika menggandeng kader beringin.
Mantan anggota DPRD Sulsel Zunnun Nurdin Halid pun ditawarkan sebagai kader Golkar yang akan mendampingi Danny di Pilwali Makassar. Namun paket Danny- Zunnun yang ditawarkan Partai Gollkar dinilai pilihan sulit dan berisiko.
Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Luhur Andi Priyanto mengatakan, prosedur rekrutmen bakal calon yang Partai Golkar sudah dilakukan. Ada beberapa nama yang terjaring sampai ke DPP, yakni Syamsu Rizal (Daeng Ical) sebagai kader internal serta Danny Pomanto (DP) dan Irman Yasin Limpo (None) sebagai figur eksternal.
Namun, kata Luhur, anomali terjadi ketika nama-nama calon walikota Makassar itu mulai mengerucut dan diserahkan ke DPP. DPD 1 Golkar Sulsel lebih cenderung memprioritaskan Danny Pomanto sebagai kader eksternal incumbent untuk dipasangkan dengan Zunnun.
“Sebagai wakil. Zunnun sendiri bukan tokoh politik yang populer bagi pemilih Makassar. Padahal, di beberapa survey, trend elektoral Daeng Ical cukup baik,” kata Luhur kepada Manifesto,Id, Senin 9 Maret 2020.
Golkar Sulsel kata Luhur, menawarkan Zunnun hanya karena pendekatan putra Nurdin Halid. Padahal, seharusnya sebagai partai besar dan berpengalaman, Partai Golkar harusnya mempertimbangkan kader internal dan peluang untuk memenangkan kontestasi.
“Sulit untuk tidak membaca pemilihan Zunnun sebagai wakil karena previlege NH (Nurdin Halid) sebagai orangtua sekaligus Ketua DPD 1 Partai Golkar SulSel,” kata Luhur.
Luhur menegaskan, duet Danny- Zunnun seperti reikankarnasi Supomo Guntur- Kadir Halid yang diusung Golkar di Pilwali Makassar 2013 lalu. Kala itu, Supomo terpaut elektabilitas sangat jauh dengan kandidat lain dan terpotret di hampir semua survey. Sayangnya, elektabilitas Supomo anjlok tatkala dipaketkan dengan adik kandung Nurdin Halid, Kadir Halid.
“Saya kira Golkar harus belajar dari pengalaman Pilwali 2013. Upaya pimpinan mengakomodasi kepentingan kerabat terdekat, tanpa rasionalitas elektoral hanya akan mengurangi soliditas partai dan mengecewakan figur internal. Dan pada akhirnya, keputusan seperti itu tdk cukup untuk memenangkan kontestasi,” ujarnya.
Ia menambahkan semua calon walikota dan wakil walikota Makassar nantinya, pasti harus bekerja keras untuk dapat memenangkan pilwali mendatang. “Cuma Danny tidak banyak memperoleh insentif elektoral, dengan mengambil Zunnun sebagai wakilnya,” terang Luhur.
Diketahui Zunnun adalah mantan anggota DPRD Sulsel dari deerah pemilihan Bone di pemilu 2014. Zunnun menembus parlemen Sulsel sebagai pengganti antar waktu (PAW) Yushar Huduri yang meninggal. Sayang Zunnun gagal mempertahankan kursinya di pemilu 2019. Zunnun kalah telak dari Andi Izman Padjalangi, putra Bupati Bone Andi Fashar Padjalangi.
Editor: Azhar